Pages

Selasa, 05 April 2011

Geothermal Adalah Alternatif Terbaik Pengganti Nuklir


Krisis nuklir di Jepang tidak perlu terjadi jika pemerintah Jepang mau melihat potensi energi geothermal, begitu juga negara-negara lain yang mendorong pengembangan nuklir sebagai sumber energi utama.

Jepang memiliki sekurangnya 23.5 GigaWatt potensi geothermal. Berada di atas cincin api Pasifik, Jepang merupakan salah satu dari beberapa negara Asia yang mempunyai potensi geothermal terbesar di dunia. Indonesia sendiri menyimpan 40% potensi energi geothermal, dan hanya kurang dari 4% yang telah dikembangkan.

Kondisi ini menjadi pertanyaan besar, kenapa geothermal menjadi pilihan terakhir untuk dikembangkan, padahal potensinya sangat menjanjikan. Sekali potensi energinya terbukti bisa dipanen, maka selanjutnya pembangkit listrik tersebut berjalan "gratis", tidak perlu lagi ada pembelian bahan bakar dan penanganan limbah.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi geothermal kurang menarik minat investor. Salah satunya adalah biaya investasi yang sangat besar. geothermal tidak ubahnya seperti minyak bumi, ada beberapa tahap yang harus dilalui sebelum potensi tersebut bisa dimanfaatkan sepenuhnya.

Tahapan survey potensi untuk pembangkit listrik geothermal 20 MW sendiri diperkirakan menghabiskan 7 juta US dolar, sedangkan untuk pengeboran membutuhkan 20 - 40 juta US dolar. Artinya, 1 MW energi geothermal membutuhkan investasi 3,5 juta US dolar, sedangkan energi batubara hanya perlu 1,2 juta US dolar. Resiko investasi masih tetap tinggi, sebelum sumber yang ada terbukti menghasilkan potensi yang diharapkan.

Berbeda dengan potensi energi terbarukan lainnya seperti surya dan angin yang bisa langsung berproduksi setelah 12 - 18 bulan, geothermal masih harus menunggu 5 - 7 tahun dari ditemukannya potensi hingga produksi. Waktu yang lama ini juga mengakibatkan bertambahnya biaya. Meskipun energi geothermal bisa dihasilkan secara terus menerus, tanpa dipengaruhi cuaca dan iklim.

Industri geothermal memang termasuk "big investment, big risk", tetapi dengan berkembangnya teknologi dan ditetapkannya kebijakan pemerintah yang tepat tentang geothermal, maka potensi tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal.

Jadi, jika dibandingkan dengan PLTN, pembangkit listrik geothermal jelas tidak memerlukan penjagaan khusus untuk mengantisipasi pencurian bahan bakar dan sabotase, tidak perlu lagi ada pengolahan dan penampungan limbah, dan yang paling penting tidak perlu ada resiko kanker, mutasi DNA, kerusakan linngkungan, deadzone area yang mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer persegi, bayi lahir cacat dan sebagainya sebagai akibat kecelakaan PLTN yang melepaskan radiasi hingga ribuan tahun kemudian, yang sama saja artinya ada biaya sangat besar tersembunyi di balik PLTN.

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar